Desa Baina’a Barat memiliki hutan seluas 4.798 hektar yang kini dikelola sebagai Hutan Desa berkat persetujuan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Di dalamnya tersimpan potensi alam luar biasa, salah satunya adalah rotan—komoditas yang menjanjikan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar.
Pada 13 November 2024, Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Silansa bersama Yayasan CAPPA Keadilan Ekologi menggelar kegiatan identifikasi potensi rotan. Hasilnya, ditemukan berbagai jenis rotan berkualitas tinggi seperti rotan Batang yang kokoh, rotan Noko yang lentur, rotan Lambang yang tahan lama, hingga rotan Tohiti yang berdiameter besar. Semua jenis ini memiliki nilai jual yang tinggi dan dapat diolah menjadi produk-produk unggulan seperti mebel hingga bahan konstruksi.
“Potensi rotan di sini sangat menakjubkan!” ungkap Herdiansyah, Fasilitator Ecopreneur dari Yayasan CAPPA. “Dengan pengelolaan yang lestari, rotan bisa menjadi sumber pendapatan yang stabil sekaligus pilar ekonomi kerakyatan.”
Diperkirakan, potensi panen rotan di hutan desa ini mencapai 16 ton per bulan. Namun, untuk merealisasikannya, diperlukan modal serta pengelolaan yang baik. Langkah ke arah itu sudah dimulai oleh LPHD Silansa yang bekerja sama dengan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Dampelas Tinombo. Mereka telah mengurus izin Sistem Informasi Penatausahaan Hasil Hutan (SIPUHH) untuk memastikan legalitas dan keberlanjutan usaha rotan.
“Kami berkomitmen menjaga kelestarian hutan desa,” ujar Ruslan, Ketua LPHD Silansa. “Panen rotan akan dilakukan secara selektif agar regenerasi tetap terjaga.”
Harapan besar disematkan pada usaha rotan ini. Selain mendatangkan peluang ekonomi baru bagi warga Desa Baina’a Barat, pengelolaan rotan juga diharapkan dapat menjaga kelestarian hutan desa. Rotan kini bukan sekadar komoditas, tetapi juga simbol harmoni antara kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan lingkungan.
Discussion about this post