Kebakaran Hebat yang terjadi pada tahun 2015 terjadi secara merata hampir diseluruh wilayah Kabupaten di Provinsi Jambi telah memporakporandakan tatanan ekonomi komunitas di tingkat akar rumput. Kerugian tidak hanya materil, moril, psikologis dan kerugian sosial nyaris tak tercatat besaranya.
Kebakaran hebat yang sedikitnya menghabiskan 55.000 Ha lahan dengan titik api lebih dari 700 titik api menyisakan berbagai pekerjaan rumah yang harus di jawab oleh pemerintah secara baik. Secara nasional, presiden Republik Indoensia telah mengeluarkan berbagai instruksi dalam menangani kasus kebakaran hutan dan lahan yang terjadi sepanjang tahun 2015, diantaranya instruksi penegakan hukum bagi pelaku pembakaran hutan, moratorium izin di kawasan gambut hingga program rehabilitasi kawasan bekas kebakaran terutama wilayah gambut dengan membentuk Badan Restorasi Gambut yang diharapkan dapat mempercepat proses restorasi gambut karena selama ini gambut menjadi wilayah yang paling rentan terhadap kasus kebakaran dan menjadi momok yang sangat menakutkan jika lahan gambut sudah mulai terbakar, hal ini karena secara teknis pengendalian kebakaran lahan gambut jauh lebih sulit dilakukan ketimbang pengendalian di wilayah non gambut
Sialang Batuah Tak Bisa Lolos dari Bencana Kebakaran Lahan
Sialang Batuah merupakan salah satu dusun bagian dari Desa Guruh Baru Kecamatan Mandiangin Kabupaten Sarolangun. Luas wilayah Sialang Batuah mencapai 2.308 ha yang terbagi dalam beberapa fungsi dan peruntukan. Dusun Sialang Batuah di bangun secara swadaya oleh masyarakat sejak tahun 2007 dengan membangun pemukiman, fasilitas umum dan perladangan. Tanaman pokok yang dikembangkan oleh masyarakat adalah tanaman karet dan tanaman pangan.
Namun, apa mau di kata malang tak dapat di tolak untung tak dapat di raih, usaha telah dilakukan dengan maksimal, selama 2 bulan penuh masyarakat bergelut untuk memadamkan kebakaran hebat yang mendera dan menggasak seluruh wilayah Sialang Batuah.
Hampir 95% kebun karet masyarakat dengan berbagai umur tak mampu diselamatkan dari amukan si Jago Merah. Api tak dapat lagi dikendalikan bahkan tak dapat lagi diidentifikasi dari mana asalnya. Proses pemadaman yang dilakukan decara swadaya dengan membuat sekat bakar, bakar balas, penyiraman hingga pembersihan lahan tak mampu menghambat pergerakan api.
Tetes air mata dari Ibu-Ibu yang kehilangan harapan hidup tak mampu dibendung. Perjuangan, pengorbanan dan modal yang telah dikeluarkan selama bertahun-tahun sirna dalam waktu sekejap. “Entah bagaimana nasib kami depan, kami harus memulai lagi dari nol sementara kami tak lagi punya modal untuk membangun kebun. Hanya Tuhan yang tahu bagaimana perihnya hati kami melihat kebun dan ladang kami bersih tersapu api” ungkap salah seorang Ibu sambil mengusap air mata.
Nilam sebagai harapan penyambung kehidupan
Kerja-kerja dan kerja. Itulah istilah yang saat selalu di gaungkan oleh Presiden Jokowi dalam menjalankan roda pemerintahan. Dengan semangat kerja yang tinggi pemerintah terus membuktikan kinerja dalam pemenuhan hak-hak rakyat.
Seperti semangat yang dibawa oleh Presiden, masyarakat Sialang Batuah adalah masyarakat tipe pekerja yang tidak pernah menyerah pada keadaan sesulit apapun. Bangkit dari keterpuruhan akibat kebakaran lahan yang terjadi pada tahun 2015 adalah tekad yang mereka tanamkan. Berbagai upaya untuk memulihkan ekonomi terus di gali, salah satu komoditi bernilai ekonomi yang mampu menyambung ekonomi yang ditemukan oleh masyarakat adalah budidaya Nilam.
Belajar dari pengalaman beberapa orang yang pernah budidaya Nilam hingga proses penyulingan, masyarakat mulai mengembangkan tanaman Nilam. Dengan umur yang pendek, proses pengelolaan yang dapat dilakukan secara pribadi mampu menekan ongkos produksi yang harus dikeluarkan. Hingga saat ini (Maret 2017) sedikitnya terdapat 15 Ha kebun Nilam milik masyarakat dengan jumlah alat Penyulingan 6 unit penyulingan.
Meskipun proses budidaya membutuhkan tenaga yang besar, namun dengan hasil yang diperoleh budidaya Nilam dianggap mampu menyelamatkan ekonomi masyarakat.
Discussion about this post