Bungo, 21 Agustus 2024 – Kegiatan Model Usaha ke-1 yang berlangsung di Hotel Independen, Bungo, menghadirkan Dr. Bodi Kurniawan, M.Pd., yang membahas topik penting terkait pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK) dan pengembangan model bisnis baru di era digital.
Dalam pemaparannya, Dr. Bodi menyoroti peran strategis hutan, yang tidak hanya sebagai sumber bahan pangan, tetapi juga sebagai penghasil berbagai komoditas bernilai ekonomi, seperti madu, rotan, bambu, gaharu, dan getah. Ia juga menekankan manfaat tidak langsung dari hutan, termasuk pengaturan tata air, penyimpanan karbon, pelestarian keanekaragaman hayati, dan potensi pariwisata, yang semuanya memberikan nilai tambah signifikan bagi masyarakat sekitar.
Lebih lanjut, Dr. Bodi membahas mengenai pentingnya perencanaan usaha jangka panjang dan pendek, pemahaman pasar, serta analisis kompetitor untuk menciptakan strategi pemasaran yang efektif. Ia juga menekankan pentingnya pemasaran digital, termasuk melalui sosialisasi dan desain website yang menarik. Analisis usaha menjadi faktor kunci yang tidak boleh diabaikan dalam perencanaan bisnis berbasis HHBK, mencakup komoditas seperti daun kayu putih, kopi, bambu, jahe, gula aren, rotan, dan cengkeh.
Pada sesi tanya jawab, pertanyaan seputar potensi budidaya madu dan jahe merah di Kabupaten Bungo menarik perhatian peserta. Dr. Bodi menjelaskan bahwa jahe merah memiliki permintaan pasar yang stabil, terutama dari perusahaan seperti PT Sidomuncul, meskipun membutuhkan konsistensi dalam pengelolaannya. Sebaliknya, madu merupakan komoditas musiman dengan permintaan yang cenderung fluktuatif. Dr. Bodi juga memberikan pandangan mengenai pentingnya mengubah pola pikir masyarakat dalam memanfaatkan kawasan hutan adat melalui studi banding dan pendekatan kolektif.
Dalam kegiatan Model Usaha ke-2, fasilitator Arridho Hakim membimbing peserta dalam menyusun peta rencana bisnis melalui pendekatan Business Model Hutan Adat dengan metode VIBRANT/SBA. Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) dari berbagai kawasan hutan adat, termasuk KUPS Jahe Merah dan KUPS Air Bersih, berpartisipasi aktif dalam penyusunan rencana usaha berbasis HHBK. Masing-masing kelompok berhasil mengidentifikasi segmentasi pasar, hubungan konsumen, serta nilai produk yang ditawarkan, mulai dari produk berbasis jahe hingga air bersih dari kawasan hutan adat.
Discussion about this post